Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish. Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis
Klack klack sura pintu kayu cafe books terdengar.
"Oh Wasseo wasseo, ppalie chansung ah~"
"Ah aniyo"
Yeoja itu berjalan masuk dan seperti biasa menyapa kedua namja penjaga cafe books itu dengan seyumannya.
"Seperti biasa"
"Oh arrasseo hot jasmine tea" ucap junho tersenyum.
Yeoja itu membalas senyumannya namun pandangannya beralih ke chansung yang menundukan kepalanya. Yeoja itu hanya tersenyum kecil menatap chansung dan berjalan menuju meja yang tak asing baginya.
"Apa yang kau lakukan, neo ppabo cheorom arra?"
"Arrayo"
"Aisshhh cepat kau antarkan minumannya"
"Naega?? Ani ani aniyoo"
"Aishh jinja"
junho pun mengambil nampan dan membawakan jasmine tea itu ke meja no 13 dimana yeoja itu biasa duduk.
"Jeogiyo igo.." Junho meletakan jasmine tea dimeja.
"Gomapseumida"
"Oh.. Park youngsun.. Niga ileumnika?"
"Ah nee jeon park youngsun imnida"
Youngsun segera menutup buku yang bertuliskan namanya itu.
"Sepertinya temanmu memerlukan bantuanmu"
youngsun mengarahkan matanya ke arah chansung yang tengah memperhatikan mereka.
Junho segera berbalik menatap namun chansung segera memalingkan pandangannya.
Junho pun hanya berdecis.
"Silahkan dinikmati" junho meninggalkan youngsun yang tertawa kecil.
***
"Tidak penasaran dengan namanya? Park youngsun"
"Jinja??"
"Aku melihat bukunya, lalu ia membenarkan kalau itu namanya"
Chansung tersenyum malu.
"Berhenti mengamati dan memotretnya diam diam, kau bukan penguntitkan? Pergi dan berkenalanlah!"
"Mworago!!?? Junho yak~ kau lihat dia, aku ini siapa? aku tak punya keberanian bahkan untuk bilang kalau aku mengaguminya"
"Lalu Sampai kapan?"
Chansung menggelengkan kepalanya.
***
"Jeogiyo"
"Kkamcak"
"Apa aku menggagetkanmu?" Chansung hanya menggeleng padahal jantungnya berdegup kencang.
"Kemana temanmu yang biasa bersamamu?"
"Ah dia belum datang" chansung menjawab tanpa menatap wajah youngsun.
"Apa kau bisa mengantarkan minumanku?, menatapku saja kau tidak mau. Apa aku harus menunggu dan membawanya sendiri"
"Ah.. Tidak Ituuu.. nanti akan aku bawakan" Chansung bicara terbata bata.
"Kamsahamnida" youngsun membungkukan badannya.
Dimeja tempat biasa ia duduk ia mulai melukis aktivitas yang kerap dilakukan di cafe books itu. Wajahnya menatap sebuah cermin dihadapannya yang memantulkan bayangan ke arah bar cafe books itu. Ia bisa dengan jelas memperhatikan apa yang dilakukan chansung dari cermin itu.
Chansung berjalan perlahan membawa jasmine tea ke meja youngsun. Perasaan yang meledak ledak entah bagaimana ia bahkan hanya menundukan wajahnya.
"Kau..."
"Ah mianhae masih banyak yang harus aku kerjakan"
Chansung kembali ke barnya, meninggalkan youngsun yang sedikit kecewa atas perlakuannya.
"Tidak mau melihatku" youngsun menuliskan itu dibawah lukisanya. ia membereskan semua alat alatnya, dan berjalan ke bar.
"Berapa?"
"Kau sudah selsai? Buku buku mu masih disana"
Chansung menunjuk meja youngsun.
"Tidak aku hanya ingin membayar"
Chansung menganguk dan mulai membuatkannya bill.
"Boleh aku foto lukisan dibelakang mu itu"
"Ah nee" chansung kembali membuat bill. Sedang youngsun mulai menjepret lukisan dibelakang chansung beberapa kali. Namun kamera ponselnya masih stand by dan fokus pada wajah chansung.
"Igoo..." Chansung hendak memberikan billnya.
"Treeet.." Suara shoot kamera.
"Ah mian aku tidak tahu kau akan menoleh"
"Apa gambarku masuk?"
"Ahh iya sudah ku hapus" youngsun menunjukan ponselnya.
Youngsung segera membayar billnya lalu berjalan ke arah pintu keluar.
"Jogieyo" chansung berteriak namun youngsun tak menghiraukannya, youngsun meninggalkan toko itu dan chansung yang sesaat beku melihatnya berlalu.
Chansung menatap meja no 13 itu. Matanya tertuju pada buku lukis diatas meja itu. Perlahan ia berjalan ke arah meja itu. Sebuah buku lukis besar bertuliskan park youngsun tertinggal disitu. chansung perlahan duduk dan mengamati buku itu. Ia mulai membuka lembaran buku itu. Dia membalik lembaran demi lembaran buku itu. Kemudian ia menoleh ke arah jendela dan mengamati gedung di seberang jalan dari dalam jendela. Wajahnya tersenyum seketika tak percaya.
"Yak aku bertemu youngsun diluar, dia kelihatan senang dan menyapaku semangat" chansung mengabaikan junho dan hanya tersenyum.
"Neo museumnika?"
Junho menatap buku gambar youngsun.
"Daebak ini semua lukisan wajahmu, ohh maldo andwae..." Junho menatap ke luar jendela.
"Ia sudah lama menggagumimu, ia bahkan melukis saat kau tengah membuka tirai toko jendela ini. Ia memperhatikanmu dari sana."
Junho menunjuk sebuah gedung "Seoul art school".
Chansung kembali tersenyum menatap lukisan dilembar terakhir. Itu adalah gambar wajahnya yang tertunduk ke bawah, terselip tulisan kecil "tidak mau melihatku". Chansung menghapus tulisan "ani" dan menggantinya dengan "Man" dan jadilah itu "Hanya mau melihatku". Chansung tersenyum memperhatikan lukisan itu.
***
Youngsun berjalan di tengah rintikan salju dan hanya tersenyum mengamati wajah chansung di ponselnya.
"Terkadang kita gak pernah tahu bahwa sebenarnya kita layak untuk dikagumi. Bukan hanya menggagumi orang lain."
Sebuah cerita pendek yang saya dedikasikan untuk chansung, meskipun belakangan junho sangat menggoda tapi aku mau kalian tahu ya eonnideul chansung is number one.. jadi berhenti menggodaku untuk pindah bias...!!! kkekkeke ^^V
d'La ^^v
"Oh Wasseo wasseo, ppalie chansung ah~"
"Ah aniyo"
Yeoja itu berjalan masuk dan seperti biasa menyapa kedua namja penjaga cafe books itu dengan seyumannya.
"Seperti biasa"
"Oh arrasseo hot jasmine tea" ucap junho tersenyum.
Yeoja itu membalas senyumannya namun pandangannya beralih ke chansung yang menundukan kepalanya. Yeoja itu hanya tersenyum kecil menatap chansung dan berjalan menuju meja yang tak asing baginya.
"Apa yang kau lakukan, neo ppabo cheorom arra?"
"Arrayo"
"Aisshhh cepat kau antarkan minumannya"
"Naega?? Ani ani aniyoo"
"Aishh jinja"
junho pun mengambil nampan dan membawakan jasmine tea itu ke meja no 13 dimana yeoja itu biasa duduk.
"Jeogiyo igo.." Junho meletakan jasmine tea dimeja.
"Gomapseumida"
"Oh.. Park youngsun.. Niga ileumnika?"
"Ah nee jeon park youngsun imnida"
Youngsun segera menutup buku yang bertuliskan namanya itu.
"Sepertinya temanmu memerlukan bantuanmu"
youngsun mengarahkan matanya ke arah chansung yang tengah memperhatikan mereka.
Junho segera berbalik menatap namun chansung segera memalingkan pandangannya.
Junho pun hanya berdecis.
"Silahkan dinikmati" junho meninggalkan youngsun yang tertawa kecil.
***
"Tidak penasaran dengan namanya? Park youngsun"
"Jinja??"
"Aku melihat bukunya, lalu ia membenarkan kalau itu namanya"
Chansung tersenyum malu.
"Berhenti mengamati dan memotretnya diam diam, kau bukan penguntitkan? Pergi dan berkenalanlah!"
"Mworago!!?? Junho yak~ kau lihat dia, aku ini siapa? aku tak punya keberanian bahkan untuk bilang kalau aku mengaguminya"
"Lalu Sampai kapan?"
Chansung menggelengkan kepalanya.
***
"Jeogiyo"
"Kkamcak"
"Apa aku menggagetkanmu?" Chansung hanya menggeleng padahal jantungnya berdegup kencang.
"Kemana temanmu yang biasa bersamamu?"
"Ah dia belum datang" chansung menjawab tanpa menatap wajah youngsun.
"Apa kau bisa mengantarkan minumanku?, menatapku saja kau tidak mau. Apa aku harus menunggu dan membawanya sendiri"
"Ah.. Tidak Ituuu.. nanti akan aku bawakan" Chansung bicara terbata bata.
"Kamsahamnida" youngsun membungkukan badannya.
Dimeja tempat biasa ia duduk ia mulai melukis aktivitas yang kerap dilakukan di cafe books itu. Wajahnya menatap sebuah cermin dihadapannya yang memantulkan bayangan ke arah bar cafe books itu. Ia bisa dengan jelas memperhatikan apa yang dilakukan chansung dari cermin itu.
Chansung berjalan perlahan membawa jasmine tea ke meja youngsun. Perasaan yang meledak ledak entah bagaimana ia bahkan hanya menundukan wajahnya.
"Kau..."
"Ah mianhae masih banyak yang harus aku kerjakan"
Chansung kembali ke barnya, meninggalkan youngsun yang sedikit kecewa atas perlakuannya.
"Tidak mau melihatku" youngsun menuliskan itu dibawah lukisanya. ia membereskan semua alat alatnya, dan berjalan ke bar.
"Berapa?"
"Kau sudah selsai? Buku buku mu masih disana"
Chansung menunjuk meja youngsun.
"Tidak aku hanya ingin membayar"
Chansung menganguk dan mulai membuatkannya bill.
"Boleh aku foto lukisan dibelakang mu itu"
"Ah nee" chansung kembali membuat bill. Sedang youngsun mulai menjepret lukisan dibelakang chansung beberapa kali. Namun kamera ponselnya masih stand by dan fokus pada wajah chansung.
"Igoo..." Chansung hendak memberikan billnya.
"Treeet.." Suara shoot kamera.
"Ah mian aku tidak tahu kau akan menoleh"
"Apa gambarku masuk?"
"Ahh iya sudah ku hapus" youngsun menunjukan ponselnya.
Youngsung segera membayar billnya lalu berjalan ke arah pintu keluar.
"Jogieyo" chansung berteriak namun youngsun tak menghiraukannya, youngsun meninggalkan toko itu dan chansung yang sesaat beku melihatnya berlalu.
Chansung menatap meja no 13 itu. Matanya tertuju pada buku lukis diatas meja itu. Perlahan ia berjalan ke arah meja itu. Sebuah buku lukis besar bertuliskan park youngsun tertinggal disitu. chansung perlahan duduk dan mengamati buku itu. Ia mulai membuka lembaran buku itu. Dia membalik lembaran demi lembaran buku itu. Kemudian ia menoleh ke arah jendela dan mengamati gedung di seberang jalan dari dalam jendela. Wajahnya tersenyum seketika tak percaya.
"Yak aku bertemu youngsun diluar, dia kelihatan senang dan menyapaku semangat" chansung mengabaikan junho dan hanya tersenyum.
"Neo museumnika?"
Junho menatap buku gambar youngsun.
"Daebak ini semua lukisan wajahmu, ohh maldo andwae..." Junho menatap ke luar jendela.
"Ia sudah lama menggagumimu, ia bahkan melukis saat kau tengah membuka tirai toko jendela ini. Ia memperhatikanmu dari sana."
Junho menunjuk sebuah gedung "Seoul art school".
Chansung kembali tersenyum menatap lukisan dilembar terakhir. Itu adalah gambar wajahnya yang tertunduk ke bawah, terselip tulisan kecil "tidak mau melihatku". Chansung menghapus tulisan "ani" dan menggantinya dengan "Man" dan jadilah itu "Hanya mau melihatku". Chansung tersenyum memperhatikan lukisan itu.
***
Youngsun berjalan di tengah rintikan salju dan hanya tersenyum mengamati wajah chansung di ponselnya.
"Terkadang kita gak pernah tahu bahwa sebenarnya kita layak untuk dikagumi. Bukan hanya menggagumi orang lain."
Sebuah cerita pendek yang saya dedikasikan untuk chansung, meskipun belakangan junho sangat menggoda tapi aku mau kalian tahu ya eonnideul chansung is number one.. jadi berhenti menggodaku untuk pindah bias...!!! kkekkeke ^^V
d'La ^^v
Komentar
Posting Komentar