Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish. Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis
"100th day anniversary"
Salju yang mulai berjatuhan di bulanya perlahan mulai menyelimuti kota Seoul, namun tak mengurungkan niat Nichkhun. Kaki nya terus melangkah menapaki buiran butiran salju. Dibalik mantel merah terang ia menyembunyikan kedua tangannya yang terasa seolah membeku. Namun bibir merahnya tak berhenti menyimpulkan senyuman kecil itu, terlebih saat memasuki toko bunga yang berada di depan matanya. Dengan percaya ia melangkah masuk kedalam, pelanggan toko yang terlihat telah akrab dengannya berbalik menyapa senyuma Nichkhun.
"Mawar merah kan"
Nichkhun hanya mengganguk dan tersenyum melihat pelanggan toko yang tengah hafal akan apa yang hendak dibelinya. Ia mencium harum mawar merah itu, terlintas seketika di benaknya wajah orang yang sangat dicintainya. Kakinya masih terus melangkah dibalik tumpukan salju, ia melanjutkan perjalanannya menuju sebuah toko perhiasan. Masih dengan senyum yang sama.
Sebuah kalung emas putih berinisial "V". Digenggamnya kalung itu, dan kembali sosok itu terlitas dikepalanya. Senyuman gadis manis yang dicintainya kembali muncul di kepalanya.
Nichkhun masih terus menyusuri jalana pertokoan itu. Ia masuk kedalam Baekry Shope di tepi jalan.
"ada yang bisa kami bantu tuan" Pelayan toko menyapanya hangat.
"Bisa kau buatkan ini?"
Nichkhun memberikan foto kue ulang tahun yang telah di desingnya melalui smartphone nya. Kue itu berbentuk hati berlapiskan Pink Chocolate dan bertuliskan Happy anniversary dear.
Pelayan toko itu ikut tersenyum melihat cake indah yang hendak dipesan nichkhun.
"Kapan kau mengambilnya tuan?"
"Lusa"
"baiklah segera kami kerjakan"
^_^
Ia melangkah menuju mobilnya di tepi jalan, Senyum itu tak pernah sedikitpun absen dari bibirnya. Terlebih ketika ponselnya bergetar dan mendapati nama seorang gadis yang sangat dicintainya. Jemarinya bergerak cepat menggeser layar diponselnya.
"hi.."
Sapanya lembut pada gadis dibalik ponsel itu. Senyuman itu, senyuman yang menghiasi bibirnya seketika berubah mengecut seolah salju baru saja melandas dibibirnya.
"Waegeurae"
Hanya kata itu yang terucap darinya setelah mendengar suara gemetar dibalik ponsel.
"Aku ingin bertemu sekarang"
Kegelisahan berkecamuk dihatinya. Nichkhun tak bisa menutupi perasaan gelisah itu. Suara gemetar yang terdengar di balik ponsel.
"ini pasti karena angin begitu kencang diluar, makanya suaranya terdengar seperti gementar"
Nichkhun mencoba meyakinkan kembali perasaanya. Tapi kali ini ia gagal, meski ia telah berlari mengemudi jauh menuju sunset. Mencari kehangatan akibat salju yang terlalu dingin menusuk tubuhnya. Pesan itu kembali hadir di ponselnya.
"Datanglah Sekarang aku menunggumu"
Tanpa membalas ia menarik kemudinya menuju cafe hangat tempat ia dan kekasihnya bisa mencari kehangatan jika salju mulai turun. Mengemudi penuh kegelisahan, dalam hati kecilnya Nichkhun sebenarnya tahu apa yang hendak terjadi. Firasat buruk itu terus saja muncul dikepalanya sampai ia tiba dicafe itu. Kakinya perlahan masuk melangkah kedalam cafe yang tak asing itu, padangannya ditunjukan ke table dimana ia biasa duduk bersama kekasihnya. Namun Victoria tidak disana. Nichkhun perlahan meraih kursi itu. Ia duduk sambil mengenang sesuatu yang sebelumnya pernah terjadi di table ini.
Langkah kaki seseorang perlahan menghampirinya, dari jauh ia menatap Victoria tengah berjalan tertunduk lesu kearahnya. Nichkun merubah senyum kecutnya menjadi lebar, walau hatinya terus saja berkecamuk kegelisahan. Ia masih ingin melihat senyum di wajah Victoria, jadi dia berpura pura tidak melihat apa apa. Tapi gadis itu berada tepat dihadapannya, menggengam tangannya erat. Dengan mata berkaca serta suara yang gemetar dari bibir mungilnya ia berkata.
"Khun ah.. Mianhae, aku tak bisa bersama mu lagi."
"Apa?? apa aku tidak salah dengar kan?"
Kata kata yang langsung terlintas dibenaknya namun tak terucapkan di bibirnya, cafe latte yang hangat seketika mendinginkan tanganya. Juga hatinya yang seketika seolah tercabut paksa keluar dari tubuhnya.
"Lihat aku membelikan ini untukmu, untuk memperingati hari jadi kia ke 100, aku juga memesan cake yang kau suka"
Nichkhun seolah tuli, ia masih tersenyum dan memperlihatkan apa yang tengah dipersiapkanya dua hari menjelang hari jadi mereka yang ke 100. Ia memperlihatkan kalung, bunga, serta cake yang dipesannya. Victoria benar menjatuhkan air matanya. Namun ia tak tahan dan segera bangkit melepaskan genggaman tangannya dari Nichkhun.
"Jebal yo" Nichkhun bersuara meraih tangan Victoria kembali. dan membuatnya berhenti sejenak.
"Mengapa harus seperti ini, jangan pergi kemanapun, karena akau masih mencintaimu."
Kali ini Victoria benar benar menangis. Hatinya sesak menahan semua ini ia tak bisa bersama Nichkhun meski ia Menginginkannya.
"Khun ah.. jebalyo.. mengerti keadaanku"
Air mata itu terus membasahi pipi merah Victoria, Perlahan Nichkhun pun melepaskan genggamanya. Dan membiarkan Victoria pergi meninggalkannya. Nichkhun kembali terduduk di bangku itu, Ia menatap bangku dihadapannya yang biasa di duduki Victoria.
"Kenangan 100 hari kita masih kurang 48 jam lagi, aku sudah menyiapkan segalanya untuk itu"
Nickhun bicara pada layar ponselnya Wajah Victoria masih melekat menjadi wallpapernya. Kembali ia memutar lagu favorite Victoria. kembali terulang semua kenangan yang pernah mereka alami bersama. Nichkhun hanyut dalam setiap melodi di lagu itu.
"Kenagan kenagan itu tak dapat ku lupakan, selamanya.
coz i still love you, oh my love"
d'La ^^v
Salju yang mulai berjatuhan di bulanya perlahan mulai menyelimuti kota Seoul, namun tak mengurungkan niat Nichkhun. Kaki nya terus melangkah menapaki buiran butiran salju. Dibalik mantel merah terang ia menyembunyikan kedua tangannya yang terasa seolah membeku. Namun bibir merahnya tak berhenti menyimpulkan senyuman kecil itu, terlebih saat memasuki toko bunga yang berada di depan matanya. Dengan percaya ia melangkah masuk kedalam, pelanggan toko yang terlihat telah akrab dengannya berbalik menyapa senyuma Nichkhun.
"Mawar merah kan"
Nichkhun hanya mengganguk dan tersenyum melihat pelanggan toko yang tengah hafal akan apa yang hendak dibelinya. Ia mencium harum mawar merah itu, terlintas seketika di benaknya wajah orang yang sangat dicintainya. Kakinya masih terus melangkah dibalik tumpukan salju, ia melanjutkan perjalanannya menuju sebuah toko perhiasan. Masih dengan senyum yang sama.
Sebuah kalung emas putih berinisial "V". Digenggamnya kalung itu, dan kembali sosok itu terlitas dikepalanya. Senyuman gadis manis yang dicintainya kembali muncul di kepalanya.
Nichkhun masih terus menyusuri jalana pertokoan itu. Ia masuk kedalam Baekry Shope di tepi jalan.
"ada yang bisa kami bantu tuan" Pelayan toko menyapanya hangat.
"Bisa kau buatkan ini?"
Nichkhun memberikan foto kue ulang tahun yang telah di desingnya melalui smartphone nya. Kue itu berbentuk hati berlapiskan Pink Chocolate dan bertuliskan Happy anniversary dear.
Pelayan toko itu ikut tersenyum melihat cake indah yang hendak dipesan nichkhun.
"Kapan kau mengambilnya tuan?"
"Lusa"
"baiklah segera kami kerjakan"
^_^
Ia melangkah menuju mobilnya di tepi jalan, Senyum itu tak pernah sedikitpun absen dari bibirnya. Terlebih ketika ponselnya bergetar dan mendapati nama seorang gadis yang sangat dicintainya. Jemarinya bergerak cepat menggeser layar diponselnya.
"hi.."
Sapanya lembut pada gadis dibalik ponsel itu. Senyuman itu, senyuman yang menghiasi bibirnya seketika berubah mengecut seolah salju baru saja melandas dibibirnya.
"Waegeurae"
Hanya kata itu yang terucap darinya setelah mendengar suara gemetar dibalik ponsel.
"Aku ingin bertemu sekarang"
Kegelisahan berkecamuk dihatinya. Nichkhun tak bisa menutupi perasaan gelisah itu. Suara gemetar yang terdengar di balik ponsel.
"ini pasti karena angin begitu kencang diluar, makanya suaranya terdengar seperti gementar"
Nichkhun mencoba meyakinkan kembali perasaanya. Tapi kali ini ia gagal, meski ia telah berlari mengemudi jauh menuju sunset. Mencari kehangatan akibat salju yang terlalu dingin menusuk tubuhnya. Pesan itu kembali hadir di ponselnya.
"Datanglah Sekarang aku menunggumu"
Tanpa membalas ia menarik kemudinya menuju cafe hangat tempat ia dan kekasihnya bisa mencari kehangatan jika salju mulai turun. Mengemudi penuh kegelisahan, dalam hati kecilnya Nichkhun sebenarnya tahu apa yang hendak terjadi. Firasat buruk itu terus saja muncul dikepalanya sampai ia tiba dicafe itu. Kakinya perlahan masuk melangkah kedalam cafe yang tak asing itu, padangannya ditunjukan ke table dimana ia biasa duduk bersama kekasihnya. Namun Victoria tidak disana. Nichkhun perlahan meraih kursi itu. Ia duduk sambil mengenang sesuatu yang sebelumnya pernah terjadi di table ini.
Langkah kaki seseorang perlahan menghampirinya, dari jauh ia menatap Victoria tengah berjalan tertunduk lesu kearahnya. Nichkun merubah senyum kecutnya menjadi lebar, walau hatinya terus saja berkecamuk kegelisahan. Ia masih ingin melihat senyum di wajah Victoria, jadi dia berpura pura tidak melihat apa apa. Tapi gadis itu berada tepat dihadapannya, menggengam tangannya erat. Dengan mata berkaca serta suara yang gemetar dari bibir mungilnya ia berkata.
"Khun ah.. Mianhae, aku tak bisa bersama mu lagi."
"Apa?? apa aku tidak salah dengar kan?"
Kata kata yang langsung terlintas dibenaknya namun tak terucapkan di bibirnya, cafe latte yang hangat seketika mendinginkan tanganya. Juga hatinya yang seketika seolah tercabut paksa keluar dari tubuhnya.
"Lihat aku membelikan ini untukmu, untuk memperingati hari jadi kia ke 100, aku juga memesan cake yang kau suka"
Nichkhun seolah tuli, ia masih tersenyum dan memperlihatkan apa yang tengah dipersiapkanya dua hari menjelang hari jadi mereka yang ke 100. Ia memperlihatkan kalung, bunga, serta cake yang dipesannya. Victoria benar menjatuhkan air matanya. Namun ia tak tahan dan segera bangkit melepaskan genggaman tangannya dari Nichkhun.
"Jebal yo" Nichkhun bersuara meraih tangan Victoria kembali. dan membuatnya berhenti sejenak.
"Mengapa harus seperti ini, jangan pergi kemanapun, karena akau masih mencintaimu."
Kali ini Victoria benar benar menangis. Hatinya sesak menahan semua ini ia tak bisa bersama Nichkhun meski ia Menginginkannya.
"Khun ah.. jebalyo.. mengerti keadaanku"
Air mata itu terus membasahi pipi merah Victoria, Perlahan Nichkhun pun melepaskan genggamanya. Dan membiarkan Victoria pergi meninggalkannya. Nichkhun kembali terduduk di bangku itu, Ia menatap bangku dihadapannya yang biasa di duduki Victoria.
"Kenangan 100 hari kita masih kurang 48 jam lagi, aku sudah menyiapkan segalanya untuk itu"
Nickhun bicara pada layar ponselnya Wajah Victoria masih melekat menjadi wallpapernya. Kembali ia memutar lagu favorite Victoria. kembali terulang semua kenangan yang pernah mereka alami bersama. Nichkhun hanyut dalam setiap melodi di lagu itu.
"Kenagan kenagan itu tak dapat ku lupakan, selamanya.
coz i still love you, oh my love"
d'La ^^v
Komentar
Posting Komentar