Langsung ke konten utama

Don't Remove Your Past

Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish.  Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis

[2PM FanFic] Forbidden Love #part4



[Chieun]

Aku kira hanya sebuah drama  yang menyajikan cerita-cerita tak masuk akal, seperti seorang yang hanya tinggal hitungan hari saja yang hendak menikah namun tiba-tiba cinta pertama hadir dan menggagalkan pernikahannya. Tapi ceritaku ini lebih parah dari itu. Minjun adalah saudara tiriku. Bagimana mungkin dia anak dari Kim DaeJoong pria yang sudah meninggalkan aku dan Ibu. 

Saat masih muda Ibu terpisah dengan kekasihnya. Namun saat mereka bertemu lagi pria itu sudah memiliki Isteri, bahkan seorang anak yang masih kecil. Ibu di ajak menikah karena pria itu mengaku tak bisa hidup tanpa Ibu. Juga kesalahan terbesarnya adalah tidak bisa menikahi Ibu. Saat Ibu bersedia, ternyata isteri pertamanya menolak untuk dimadu. Aku juga tak habis pikir kenapa Ibu mau saja diajak menikah dengannya. Kata Ibu itu yang dinamakan jodoh, meski lama berpisah pasti akan bertemu kembali. Lalu bagaimana dengan isteri pertamanya? Apa mereka tidak berjodoh karena akhirnya harus terpisah, entahlah. Mungkin sama sepertiku dan Minjun. Pertamakali Ibu menceritakan kebenaran ini aku shocked sekali akau merasa Ibu merebut kebahagian orang lain, tapi aku tak bisa berbicara banyak jika semua mengatas namakan cinta. Apa ada di dunia ini orang yang mau hidup bersama selamanya tanpa ada cinta? Kalaupun ada entah akan seperti apa rasanya kebersamaan itu. 

Awalnya aku kira rasa itu akan ada jika dipupuh setiap hari. Itulah yang aku rasakan saat bersama Minjun. Tapi entah kenapa rasa yang sudah lama dibangun itu bisa menghilang tiba-tiba hanya karena hal sepele ini. Kami berdua harusnya masih bisa menikah. Memang ada apa dengan saudara tiri? Yang jadi masalah hanya kedua orang tua kami yang tak setuju. Makanya hubungan ini tak akan bisa berlanjut. Tak satupun dari kami juga berusaha untuk mempertahankannya. Dan aku bingung kenapa mudah bagiku untuk merelakan Minjun begitu saja.

“Chieunah, mianhae. Kau pasti lama menungguku.” Suara itu menggagetkanku dari lamunan panjang saat aku duduk menunggunya di sebuah café. “Yak..yak..yak museun iriya? Kenapa bisa sampai batal acaranya?” Sahabatku ini selalu bersimpati pada masalahku. Dia orang pertama yang selalu mendengarkan semua ceritaku tapi aku selalu benci mendapat simpati dan masukan darinya. “Yak, Apeuji.. na arayeo. Tapi hidup harus terus berjalan kan.” Ucapnya sembari menyeruput yogurt ku. Apeuji katanya.. tahu apa dia tentang perasaanku beraninya bilang kalau itu sakit. Apa dia benar-benar tahu apa yang aku rasakan saat ini. Aku jamin 100% dia tak tahu.
“Yak, neo… Kau kan bisa pesan kenapa harus meminum punyaku Chansungah…~”
“Wae.. aisss setiap wanita yang gagal menikah pasti selalu sensitif sekali.”
“Yak jaga ucapanmu kenapa bicar begitu kencang, disinkan banyak orang yang dengar.”
“Jeosseohamnida” Ucapnya formal menundukan kepala. “Lalu kenapa? Apa yang terjadi?”
“Ternyata Minjun adalah kakak tiriku.”
“Daebak!! Bagaiman bisa?”
“Seperti yang pernah aku ceritakan padamu, ternyata dia anak dari ayahku bersama isteri pertamanya.” Chansung hanya menggeleng tak percaya. “Kata Ibu, Minjun oppa pasti punya sifat seperti ayahku yang nantinya akan meninggalkan aku dan ibu juga demi wanita lain.”
“Harusnya Ibumu jagan befikir begitu. Tidak semua laki-laki itu sama. Aku lihat Minjun hyung orang yang baik.”
“Molla.”
“Sudah jangan bersedih, masih banyak laki-laki di dunia ini. Seoul masih luas haha” Tawanya selalu membawa angin segar dihatiku.”
“Kalau sampai usia 30 aku masih belum menemukan laki-laki yang cocok, aku akan menikahimu.” Ucapku Frontal.
“Geurae.. gwaencana. Tapi kau harus siap menjadi isteri kedua ku. Hahahaa” Sekali lagi tawanya lepas.

Seandainya tidak ada perjanjian itu di antar kami, pasti aku sudah betul-betul menyatakan perasaanku padanya. Dua puluh tahun kami bersahabat dekat, sulit bagiku membedakan perhatian yang diberikannya padaku. 

Aku memiliki dua orang sahabat dekat. Chansung dan Youngsun. Chansung tinggal di beberapa blok dari rumahku, kami sudah bersahabat dari umur 5 tahun. Sedang Youngsun sahabatku waktu kami SMP. Dia menjadi tetangga baru ku dan Chansung sejak saat itu. Tapi aku terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Chansung karena semenjak Youngsun pindah rumah dan kami juga tidak dalam kampus yang sama susah sekali bertemu dengannya. Saat itulah aku sadar kalau aku menyukai sahabatku ini. Tapi aku tak mau mengubah statusnya menjadi bekas pacar, jika kami menjalin suatu hubungan. Akhirnya kami bertiga membuat janji agar tak satupun dari kami saling menyukai. Dan ini sudah disetujui oleh semuanya.
“Youngsun tahu soal ini?”
“Tahu, aku menelponnya. Dia bilang akan kerumah nanti malam.”
“Ah, aku heran apa sih yang disibukanya belakangan ini.”
“Pacaran”
“Geutji.. aku heran apa yang disukainya dari namaja bermata kecil itu. Hahaa bagus juga melihat mataku benarkan?”
“Molla…~”

***

Malam ini aku dan Youngsun berbaring di halaman belakang rumahku menatap bintang.
“Chansung bilang aku di suruh mencari pria lain dan melupakan Minjun.”
“Dari dulu nasehatnya memang tak pernah beres, pantas saja dia mudah gonta-ganti pacar selama ini. Jika putus cari yang baru, begitu saja terus. Sepertinya dia tak mengerti Cinta. Jangan dengarkan dia.”
“Geurom eottokahe?”
“Kalau, aku pasti berusaha mati-matian mengejarnya. Coba bicarakan lagi dengan ibumu.”
“Tapi masalahnya sekarang aku ternyata tak mencintainya. Setelah kejadian ini aku sadar aku tak mencintainya. Aku merasa baik-baik saja putus darinya. Mungkin tuhan ingin menunjukan jodohku sebenarnya. Geundae..”
“Gendae mwo??” Youngsun menatapku penasaran.
“Na Chansung chuahae.”
“Jinjja…? Hwang Chansungi-yeyo Hahaaaaha” Youngsun tertawa lepas mendengar peryataanku seolah tak percaya. “Onje buteo huh? Sejak kapan Chieunah.”
“Kenapa tertawa, apa ada yang lucu?” Youngsung menggeleng dengan senyum yang dipaksa berhenti. “Sudah lama semenjak kita berjanji untuk tak saling suka, aku menyukainya tapi aku juga tak mau persahabatan kita hancur.”
“Seolma.. Bisa kau menyimpannya rapi seperti ini, apa Chansung tahu?”
“Aku rasa belum.”
“Ppalie, marhae.. Aku rasa dia juga menyukaimu.”
“Mworagu?”
“Beberapa hari yang lalu, dia kami menonton film. Sama seperti kita, berjanji tidak akan salaing suka. Tapi mendadak Chansung mengatakan bodoh sekali dia menyetujui ucapanmu dulu. Dia bilang harusnya perjanjian itu tak pernah ada. Dan seandainya Chieun mau mencabut perjanjian itu.
“Heol… kojimarayo Youngsunah”
“Jinjaru.. apa untungnya berbohong. Ppalie marhaebwa..”
“Eottokhae? Buttakahe juseyo.” Aku memohon agar Youngsun mau membantuku.
“Besok ke apartement ku, kita nonton film itu bersama. Nanti akan ku bantu kau mengatakannya.”
“Gomawoyo Youngsunah”

***

Malam itu aku dijemput Chansung untuk bersama ke apartement Youngsun.
“Sudah lama sekali kita tidak noton film bersama, jadi ingat waktu SMA.” Chansung berbicara dibalik kemudinya. Malam itu aku menjadi pendiam. Memikirkan apa yang akan ku katakana nanti, apa benar Chansung juga mencintaiku. Aku terus mencuri pandang menatap namja di sebelahku. Tiba-tiba Chansung menginjak rem mendadak dan hampir saja membenturkan wajahku ke dasbor mobil.

Tiinntttt……. Suara klakson panjang.

“Ajushi hati-hati kalau menyebrang. Kau tidak lihat itu lampu hijau!” Chansung berteriak keras. “Neo Gwaenchana? Jinjja Gwaenchanayo?” Chansung mengecek anggota tubuhku seperti takut ada yang terluka.
“Na gwaencanayo jinjja.”
“Kencangkan Sitbelt mu, tadi kau hampir membentur. Mianhae.”
“Ani.. Na gwaenchananyo.”
Demi tuhan aku sama sekali tak bisa membedakan rasa khawatirnya padaku. Baiklah akan kuputuskan mengungkapkannya malam ini.

Malam itu Youngsun memutar kembali film yang dia tonton waktu itu.
“Kenapa film ini?” Chansung bertanya heran.
“Film apa?” Tanyaku.
“Aku suka film ini sama seperti kita. Mereka bersahabat lama. Tapi karena sebuah perjanjian yang mereka buat jadi seorang tak bisa menyatakan perasaannya pada sahabatnya. Tapi setelah mereka membatalkan perjanjian itu, akhirnya orang itu menyatakan perasaannya terhadap sahabatnya. Lalu mereka akhirnya bahagia menjalani hubungan yang baru lebih dari seorang teman.” Youngsun menceritakan detail film itu.
“Ah.. pasti romantis sekali. Lucu ya kenapa kita bisa membuat perjanjian aneh itu dulu.” Ucapku.
“Tarik saja perjanjian aneh itu kembali.” Tambah Youngsun.
“Maja, lagian itu waktu kita berumur 16 tahun. Kita belum mengerti kan artinya cinta.” Chansung menatap kami berdua. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Oh jadi sekarang kau sudah mengerti artinya cinta” sindir Youngsun membuat Chansung tersenyum malu. Apa maksud dari senyuman itu.

Ting..Tong.. Suara bell berbunyi

Youngsun keluar mengecek siapa yang datang. Meninggalkan aku dan Chansung di tengah adegan-adegan kiss dalam film itu. Kami berdua seakan membisu.
“Ah… kenapa tiba-tiba panas.” Chansung mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan kemudian bangkit dari duduknya. “Aku yakin dia malu melihat adegan itu bersamaku. Kenapa harus malu jika tak ada perasaan. Aku yakin dia juga merasakan hal yang sama. “Mul?” Ucapnya menawarkan ku air. Aku hanya menganguk.
Tak lama terdengar suara barang pecah, dan keributan. Aku segera berlari menuju tempat suara.

“Neo Waegeurae” Youngsung mendorong Chansung, yang sepertinya baru saja melakukan sesuatu terhadap Junho. Aku melihat Junho kesakitan memegangi tepi bibirnya.
“Sepertinya aku datang disaat yang tidak tepat.” Junho bicara pada Youngsun, baru segera pergi keluar.
“Oppa aniya… Oppa jankaman..” Youngsung bermaksud mencegah dan menyusul Junho namun Chansung lebih cepat menarik tangan Youngsun.
“Geu sarami na arayo” Chansung mulai bersuara.
“Mwoga?? Huh? Apa yang kau tahu? Kau selalu saja sok tahu jika itu menyangkut Junho. Kau itu temanku atau bukan sih? Kenapa tadi memukulnya begitu saja.” Youngsun membentak keras.
“Na Neo Chuahae!” Chansung membalas tak kalah keras. “Sudah lama aku mau mengatakan hal itu. Tapi kau selalu saja sibuk dengannya. Laki-laki brengsek itu. Apa yang kau harapkan darinya, dia bahkan..”
“Gemanhae….!!” Kali ini telingaku benar-benar sakit mendengarkan teriakan Youngsun. Tak sadar air mata pun jatuh membasahi pipiku. Mendengar apa yang baru saja dikatakan Chansung pada Youngsun. “Tak perlu memakinya di depanku, cukup aku bahagia bersamanya. Harusnya kau katakana semua itu pada Chieun. Karena dia yang menyukaimu selama ini—buakan aku.” Youngsun membanting pintu dan pergi keluar menyusul Junho.

Aku melihat Chansung mematung sejenak. Aku lihat pria itu tampak bingung dengan ucapan Youngsun baru saja. Dia tak sadar jika dari tadi aku berada di belakangnya. Mata kami beradu saat akhirnya dia membalikan badannya. Tak satu katapun keluar dari mulut kami berdua. Ternyata aku salah selama ini mengartikan semuanya. Chansung perlahan menghampiriku. Menariku kedalam pelukannya. Dengan hangat dia mulai membelai rambutku. Dan dengan dinginya dia berucap.
“Mianhae, Na Youngsun Chuahae.”
Sekarang aku merasa asing berada di pelukannya. Lebih baik aku tak pernah menceritakan ini pada siapapun. Biarlah aku mencintainya dalam diam. Maka hubungan kami akan baik-baik saja tak sedingin pelukannya saat ini.
 
Love never ask permission when it comes.
And we are never know when we will be hurt by it

-End-
Part 5 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa jika kucing hilang

Hi.. Kali ini dengan penunuh semangat bercerita.Ngga kayak kemaren yang menderu penuh air mata. Aku mau sharing tentang pengalaman spiritual ku dengan sang pencipta nih.  Dua hari yang lalu aku cerita kalo Brondie kucing ku hilang, oopss dibuang tepatnya. Soalnya dia kena scabies. Karena binggung terus orang rumah juga udah ada yang ketuleran jadinya mama bilang buang aja. Untuk mencegah dia gak balik lagi aku buang dia jauh menyebrangi sungai (BKT). Jaraknya dari rumah aku itu kira-kira 2KM lah. Waktu itu juga abis subuh jadi masih gelap. Pas dibuang kita pulang ke arah Barat, dan sempet liat Brondie muter ke Timur, jadi kita saling lawan arah. Sampe di rumah ada perasaan nyesel banget. Kepikiran dia yang manja banget itu harus berada di luaran dengan penyakit gatel-gatel itu. Gak kebayang tar mukanya luka-luka dimana-mana. Alhasil aku cuma bisa nangis sejadi-jadinya. Seharian udah lebih dari ditinggal mati suami aja LOL.  Mama sama abang kesian jadi beliin gantinya yan

Don't Remove Your Past

Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish.  Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis

Doa Untuk Yang Sedang Terlilit Hutang

Assalamualaikum readers semua.. Kalau sudah sampai pada postingan ini artinya temen-temen semua lagi ada dalam masalah hutang piutang pastinya. Gak apa temen-temen sekalian, tidak usah malu jika punya hutang. Malu lah jika tidak bisa membayar hutang. Karena dalam islam, perkara hutang ini bukan perkara kecil. Pada saat manusia telah meninggal, hutang adalah perkara pertama yang di munculkan. "Jika ada hutang-piutang silahkan hubungi keluarga ybs" kalimat itu kerap kita dengar saat yang punya hutang telah meninggal.Itu sebab hutang bukan lah perkara ringan. Saya mau berbagi pengalaman mengenai hutang semoga bisa menjadi manfaat bagi teman semua. Dahulu sekitar April 2016 saya pernah terlilit hutang (kreditan) dalam kasus ini, saya adalah pihak yang didzalimi. Seseorang (Si Pulan) telah berhutang atas nama saya pada perusahaan leassing. Pada saat itu saya hanya bisa berpositif saja dan 100% sungguh sungguh niat hanya ingin membantu si pulan. Bulan pertama, bulan kedua