Langsung ke konten utama

Don't Remove Your Past

Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish.  Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis

[2PM Fanfic] Forbidden Love #part8



[Hyemi]


“Kenapa banyak sekali yang kau ubah Hyemiah? Bukankah seharusnya di adegan ini mereka berciuman?”
“Ah, aku rasa berpelukan saja sudah cukup.”
Aku memang mengganti semua adegan yang aku anggap mesra dalam naskahku. Sampai sekarang aku masih belum bisa berpaling dariTaecyeon walaupun kenyataan nya saat ini aku adalah isteri seseorang.
“Aneh sekali, sutradara bukankah kemarin adegannya tidak seperti ini?” Aku melihat Taecyeon mengkomplain perubahan naskahku.
“Iya, menurut editor adegan kiss itu terlalu vulgar.” Aku melihat Taecyeon menatapku sinis dari kejauhan. Mungkin dia sedikit kecewa dengan tidakanku.
Sewaktu break time, Taecyeon menghampiriku. “Ada apa denganmu?”
“Mwonde?” Aku seolah ak mengeri apa yang dimaksudnya.
“Kau yang mengedit semua naskah ini kan? Ayolah Hyemi, kau ini kenapa?”
“Kenapa katamu? Huh.. Jadi benar kabar yang beredar diluar sana kalau kau sedang mengencani gadis itu.”
“Kenapa? Jadi kau yang bertanya?”
“Oppa…” Ditengah-tengah pembicaraan kami, muncul gadis yang tengah naik daun di Industri entertainment Korea saat ini. “Oppa, katchi meogo.” Gadis itu menarik Taecyeon untk makan siang bersama. Apa dia tak melihat kalau kami tengah bicara tadi. “Oh, annyeong penulis, naskah mu bagus sekali. Aku dengar rattingnya bagus karena ceritamu.” Gadis itu berlagak sok imut di depannku.

“Nee” Hanya itu yang bisa keluar dari bibirku. Gadis itu 5 tahun dibawah ku. Dia masih sangat muda. Belakangan semua paparazzi menangkap Taecyeon dan Jihyun sedang pergi bersama, entah makan aau ke tempat gym bersama. Mereka dikabarkan menjalin hubungan walaupun belum ada konfirmasi atas kabar tersebut. Seperti biasa, ulah para manajement yang mau menaikkan pamor artist nya maka sedikit dibuat seperti settingan agar mendapat perhatian lebih. Dan sepertinya semua itu berhasil.
Aku tahu aku sangat terbakar cemburu melihat mereka belakangan ini. Aku tahu akan begini. 

Pekerjaan ini, Taecyeon yang menawarkan 2 tahun lalu padaku. Saat kami masih sering kucing-kucingan untuk bertemu. Aku dan Taecyeon sudah lama sekali menjalin suatu hubungan. Namun sayangnya ibuku tak pernah menyetujuinya. Dia sudah mempunyai pilihan sedari dulu untukku. Tapi aku sangat mencintai Taecyeon karena dia adalah cinta pertamaku. 

Empat tahun lalu dia mulai debbut dengan drama pertamanya, dan saat itulah aku mengandung Haru yang saat itu baru mengginjak waktu dua minggu. Aku bermaksud menyampaikan kabar tersebut namu Taecyeon terlanjur menceritakan kontrak kerjannya. Taecyeon terlihat sangat senang karena impian menjadi aktor akhirnya bisa terwujud. Dan sejak saat itu samapai lima tahun kedepan Taecyeon dilarang menjalin hubungan apalagi menikah. Mendengar itu, aku sama sekali tak berfikir untuk mengatakan kalau aku sedang mengandung. Taecyeon pasti akan sangat binggung bagaimana harus bersikap. Seiring berjalannya waktu, perutku semakin membesar. Taecyeon sudah semakin sibuk untuk di hubungi. Seorang laki-laki yang dekat padaku saat itu hanyalah Junho oppa. Dia calon suami yang dipilihkan oleh Ibuku. Junho orang yang sangat baik. Saat aku ceritakan kondisiku dia malah berkata akan menikahiku segera. Padahal saat itu banyak sekali syarat yang ku ajukan padanya, tapi dia berkata tak masalah dengan semua itu.

Taecyeon akhirnya tahu kalau aku menikah. Dia sangat terpukul tapi aku menjelaskan kalau ibuku yang mendesak semuanya—akhirnya dia bisa menerima. Sampai usia Haru dua tahunpun kami masih menjalin hubungan baik. Sayangnya Taecyeon tidak aku beritahu kalau Haru adalah anakknya. Awal debutnya banyak sekali kabar miring yang diterimanya. Aku tak mau kabar ini akan menjadi kartu mati untuk karirnya kedepan. Selama itu dia selalu bersikap baik padaku, dia merekomendasikanku bekerja sebagai editor/penulis naskah drama disalah satu TV station. Agar kami bisa selalu bertemu. Tapi semenjak kabar berita dia menjalin hubungan dengan Jihyun, perlahan sikapnya berubah. Dulu dia selalu segan memerankan adegan-adegan mesra dengan lawan mainya. Tapi kini dia justru marah bila aku mengedit adegan tersebut.

“Mereka terlihat cocok ya.”
“Aku rasa mereka berkencan sungguhan.” Aku mendengar crew membicarakan mereka.
“Bukankah itu semua hanya settingan?” Penasaran aku bertanya pada salah satu crew.
“Tiga bulan yang lalu, tapi aku dengar Taecyeon meminta izin pada management agar diperbolehkan pacaran dengan Jihyun.” Aku terkejut mendengarnya, apa benar Taecyeon seperti itu? Aku tak bisa begini, aku harus bicara padanya.

***

“Aku mau bicara!”
“Hyemi sedang apa kau disini?” Aku sengaja masuk menerobos kamar ganti pria.
“Kau dan Jihyun, apa benar kalian..” Taecyeon menarikku ke dinding menghindari cctv yang bisa menangkap kami.
“Kita akan bicarakan nanti ya, jangan disini. Setelah syuting tungg aku di depan gendung.”
Aku hanya mengganguk menuruti kamauannya. Malam itu sebenarnya kami sudah selesai jam sembilan malam. Aku menunggu Taecyeon di depan gedung. Sebuah mobil hitam berhenti didepannku. Taecyeon turun membukakan pintunya untukku.
“Katakan padaku apa benar..?” Aku langsung bertanya padanya tapi dia memotong pertanyaanku.
“Sudah lama tak minum bersamakan.” Taecyeon mengajaku ke sebuah café untuk minum. Aneh sekali kenapa harus minum. Perasaanku sungguh tak enak. Dia minum hanya disaat-saat dia tak mampu melakukan sesuatu. 

Sesampainya di subuah café kami memesan wine. Tempat itu mewah sekali dan sepi. Taecyeon tak perlu memakai kacamata hitam atau masker untuk menutupi dirinya dari orang-orang yang mengenalnya. 15 menit yang dilakukannya hanya minum dan minum. Aneh sekali aku berusaha menyetop tapi dia hanya tersenyum dan menolak untuk berhenti.
“Taecyeonah~ geumanhaseyo. Bagaimana kau pulang?” Lagi-lagi dia hanya tersenyum. Barulah saat itu di mulai bicara, tapi bukan mengenai Jihyun. Dia menceritakan tentang pertemuan kami, kisah cinta kami. Sampai akhirnya berujung ke pernikahanku. “Apeuji.. apeuji naega.” Ucapnya menepuk-nepuk dadanya. Membuatku tak bisa berkata-kata.
“Taecyeonah~ mian.. Kau mau aku menceraikannya?” Taecyeon hanya menggeleng. Dia memutar sebuah lagu, “Since You’ve Gone by Laurel Music” dan memasangkan earphone ditelingaku. Bait demi bait ku dengarkan lagu itu. Jadi itu yang dirasakannya selama ini.
“Semenjak kepergianmu aku terus berusaha untuk kuat. Aku bahkan masih memintamu berada di dekatku. Tapi tanpa aku sadari aku telah membuatmu menjadi wanita yang buruk. Terlebih untuk Haru.”
“Taecyeonah~” Mataku mulai berkaca-kaca.
“Kita harus berhenti. Cukup sampai disini Hyemiah. Kau harus menjalani hidupmu dengan baik. Dan mulai sekarang aku akan belajar mencintai wanita lain.” Air mataku mulai menggenang. Seandainya dia tahu kalau Haru adalah anaknya. Tapi aku tak mau memberi beban di pundaknya lagi. “Belajarlah mencintai Junho. Maka aku akan bahagia melepasmu.” Ini alasan Taecyeon mengajakku minum. Dia tak mampu mengucapkan kata-kata itu aku tahu. Taecyeon memelukku sebentar baru akhirnya dia pergi lebih dulu.

Empat tahun kami menjalani hubungan diam-diam seperti ini. Tak seharusnya aku mencintai seorang public figure. Aku bahkan tak berani mengacaukan karirnya hanya untuk mengatakan bahwa Haru adalah anaknya. Aku memang sedikit lelah dengan semuanya. Bagimana perasaan Junho. Dia bahkan mencari wanita lain diluar yang mau mendengar keluh kesahnya.

***

Aku kembali setelah berpikir panjang di café tadi. Besok aku akan melayangkan surat pengunduran diri ke kantorku. Aku sekarang bukan seorang lajang yang hanya memikirkan diriku sendiri. Aku punya Haru yang membutuhkanku. Juga Junho. Aku akan berusaha menjadi Isteri yang baik mulai sekarang. Aku mendapati Junho dan Haru di kamar kami tengah tertidur. Tak lama Junho sadar kepulanganku dan dia segera bangun untuk pindah kekamar tamu. Seperti itulah yang biasa dia lakukan. Hampir empat tahun dia selalu mengalah untukku.

Malam itu aku mencoba berkomunikasi kembali padanya. Aku teringat ucapan seorang pria yang menemuiku di sekolahan Haru tadi pagi. Aku pergi ke kamar tamu, ternyata Junho tak mengunci pintunya. Aku masuk membawakannya segelas cokelat hangat. Aku ingin melakukannya malam ini. Aku teringat Ibu mertuaku selalu bilang bahwa aku seharusnya melahirkan anak laki-laki untuk penerus usaha keluarga kami. Aku bertanya mengenai pacarnya. Apa benar selama ini Junho mempunyai pacar, sepertinya benar, saat ku tanyakan sepertinya dia terlihat kaku menjawab. Aku tak mau merusak mala mini dengan pertanyaan-pertanaan yang membuatnya kaku. Akhirnya malam itu aku kembali bercinta dengannya. Tapi kali ini aku seperti dengan keadaan yang tulus melakukannya. Tapi tetap saja aku masih menyebut nama Taecyeon malam itu. Aku melihat  Junho kembali kecewa. Aku melihatnya keluar dari kamar. Oppa mian, aku pastikan ini yang terakhir kalinya. Aku tak mau mengecewakanmu lagi, Haru dan juga Ibu mertuaku. Aku bahkan belum member keturunan bagi mereka.

***

Junho mempunyai kekasih ternyata itu benar. Seharusnya kabar aku telah berhenti pekerjaan menjadi kabar baik baginya. Tapi sudah satu minggu ini sifatnya berubah. Dia bahkan menjadi dingin padaku. Apa caraku mulai belajar mencintainya terlihat seperti suatu kebohongan baginya. Sehingga yang tak pernah kuduga—sebuah surat cerai yang dilayangkannya datang kepadaku. Apa ini semua karma bagiku, saat aku mulai belajar mencintainya—dia justru ingin meninggalkanku. Junho sudah tak pulang tiga hari, aku tak mengerti dia pergi kemana. Dia selalu menghubungiku jika tak pulang, namun sekarang tidak pernah lagi. Sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya. Siang itu aku membututinya dari kantornya. Dia menepikan mobilnya diisebuah rumah sakit. Siapa yang sakit? Apa dia sakit?.

Aku terus mengikutinya. Aku melihat di sepertinya masuk ke sebuah kamar, namun tak lama dia keluar bersama seorang yang sepertinya familiar sekali—Pria itu yang menemuiku di sekolah Haru. Pria itu seperti marah kepada Junho, aku melihat seorang wanita melerai mereka. Dan menyuruh Junho untuk pergi. Aku melihat Junho pergi dan laki-laki itu kembali masuk ke ruang rawat segera aku berlari menemui wanita itu.

“Ah, jogiyo..” Wanita itu berbalik heran. “Jankaman apa bisa bicara sebentar.” Wanita itu mengganguk. “Na Hyemiyeyo. Junho anae.” Aku melihat wanita itu terkejut.
“Oh, annyeong haseyo Dongmi imnida. Youngsun Chinguyeyo.”
“Apa yang di dalam itu… kekasih Junho?” Aku bertanya hati-hati.
“Ah, mungkin kau akan salah paham. Youngsun memang menjalin hubungan dengan Junho oppa, tapi satu minggu lalu Junho sudah memutuskan hubungan mereka karena dia tak mau menyakiti anda. Setelah itu Youngsun frustasi bagaimana cara agar bisa melupakan Junho. Dia mengemudikan mobil sangat kencang sampai menabrak pembatas jalan. Makanya dia akhirnya dirawat sekarang.”
“Lalu bagaiman mereka sekarang?”
“Aku sama sekali tak punya maksud apa-apa saat memberi tahu kabar ini. Tapi sejak saat itu Junho jadi rajin kesini. Mungkin dia merasa bersalah dan mau bertanggung jawab namun justru sekarang Youngsun sama sekali tak mengenalnya. Akibat benturan hebat Youngsun menderita Amnesia.
“Dongmi.. Neo..” Pria itu tiba-tiba keluar dari kamar rawat. Dan kaget menatapku. “Sedang apa kau tanyanya?”
“Aku tadi mencari suamiku, beberapa hari ini dia tidak pulang.”
“Bagus kalau kau masih mencarinya. Aku pikir kau justru sudah tak perduli. Pastikan kau tidak menandatangani surat cerainya.”
“Kau, bagaimana bisa tahu?” Aku terkejut mendengar ucapannya.
“Dia member tahu kami. Dan bermaksud menikahi Youngsun. Tapi aku akan membunuhnya jika itu sampai terjadi. Cukup sudah dia membuat sahabatku sampai begini.”
“Chansungah, geumanae. Itu bukan salah Junho.” Ucap Dongmi. Aku hanya terdiam.
“Kalau begitu aku permisi dulu.” Aku pergi meninggalkan mereka.

Dirumah aku menatap kembali surat cerai itu. Aku mengambil stampel ku dan member cap pada suarat itu. Ku ambil sebuah memo kecil.
“Maaf, mengabaikanmu selama ini. Kali ini aku akan menurutimu. Aku sudah menandatagani surat cerai ini. Seperti yang kau mau. Terimakasih atas semuanya terutama sudah mau menjadi ayah bagi Haru. Semoga kau mendapatkan kebahagaian yang kau cari.”
Aku meninggalkan memo itu diatas meja kerjanya. Itulah hari aku terakhir berada di rumah itu. Berasama Haru aku pergi meninggalkan Seoul yang penuh dengan luka. Saat ini aku hanya ingin bersama Haru. Merawatnya dan menjadi Ibu terbaik untuknya.

-End-

Part 9 is writing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa jika kucing hilang

Hi.. Kali ini dengan penunuh semangat bercerita.Ngga kayak kemaren yang menderu penuh air mata. Aku mau sharing tentang pengalaman spiritual ku dengan sang pencipta nih.  Dua hari yang lalu aku cerita kalo Brondie kucing ku hilang, oopss dibuang tepatnya. Soalnya dia kena scabies. Karena binggung terus orang rumah juga udah ada yang ketuleran jadinya mama bilang buang aja. Untuk mencegah dia gak balik lagi aku buang dia jauh menyebrangi sungai (BKT). Jaraknya dari rumah aku itu kira-kira 2KM lah. Waktu itu juga abis subuh jadi masih gelap. Pas dibuang kita pulang ke arah Barat, dan sempet liat Brondie muter ke Timur, jadi kita saling lawan arah. Sampe di rumah ada perasaan nyesel banget. Kepikiran dia yang manja banget itu harus berada di luaran dengan penyakit gatel-gatel itu. Gak kebayang tar mukanya luka-luka dimana-mana. Alhasil aku cuma bisa nangis sejadi-jadinya. Seharian udah lebih dari ditinggal mati suami aja LOL.  Mama sama abang kesian jadi beliin gantinya yan

Don't Remove Your Past

Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish.  Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis

Doa Untuk Yang Sedang Terlilit Hutang

Assalamualaikum readers semua.. Kalau sudah sampai pada postingan ini artinya temen-temen semua lagi ada dalam masalah hutang piutang pastinya. Gak apa temen-temen sekalian, tidak usah malu jika punya hutang. Malu lah jika tidak bisa membayar hutang. Karena dalam islam, perkara hutang ini bukan perkara kecil. Pada saat manusia telah meninggal, hutang adalah perkara pertama yang di munculkan. "Jika ada hutang-piutang silahkan hubungi keluarga ybs" kalimat itu kerap kita dengar saat yang punya hutang telah meninggal.Itu sebab hutang bukan lah perkara ringan. Saya mau berbagi pengalaman mengenai hutang semoga bisa menjadi manfaat bagi teman semua. Dahulu sekitar April 2016 saya pernah terlilit hutang (kreditan) dalam kasus ini, saya adalah pihak yang didzalimi. Seseorang (Si Pulan) telah berhutang atas nama saya pada perusahaan leassing. Pada saat itu saya hanya bisa berpositif saja dan 100% sungguh sungguh niat hanya ingin membantu si pulan. Bulan pertama, bulan kedua