Langsung ke konten utama

Don't Remove Your Past

Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish.  Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis

[2PM Fanfic] Forbiden Love #endpart

[Taecyeon]


Tingtong..

“Siapa sih menggangu saja malam-malam begini.” Aku melihat Wooyoung lewat intercom. “Aish anak itu datang juga akhirnya.”
“Yak.. Neo jeongmalo.. kenapa pesanku gak pernah dibalas huh? Telpon juga selalu manajer mu yang menjawab. Sibuk apa sih belakangan ini? Aaaa berkencan dengan akris itu ya… hmm lumayan lah. Tapi dia sediki kurus menurutku.”
“Mwoya ige neoya.. Datang-datang langsung bicara tanpa henti.”
“Hehehe Jalan yuk..”
“Mworagu?? Jalan? Kemana?”
“Han-gang.”
“Berdua denganmu? Ke sungai Han? Dimalam minggu? Michesseo!”
“Kalu Dongmi tak sibuk, aku juga tak mengajakmu. Kita jogging kalau tidak bersepeda saja. Aku pernah melihat Lee Minho bersepeda, hmm Suzy juga. Mereka memakai topi dan masker, tidak akan terlihat. Tenang saja, sungai Han kan cukup populer dikalangan selebriti.”
“Hemm malas, memangnya Dongmi sibuk apa?”
“Ayolah… Dongmi merawat Youngsun. Ppalie..” Wooyoung tetap memaksaku berganti pakaian.
Wooyoung tak tahu kalau aku sedang tak mood belakangan ini. Aku baru saja berpisah dari Hyemi. Belum lagi manajemen yang memintaku meresmikan hubungan dengan Jihyun. Berat sekali rasanya, aku belum bisa secepat itu menyukai Jihyun. Tidak bertemu Hyemi satu minggu ini—aku terserang demam. Tapi Wooyoung benar juga mungkin ke sungai Han bisa mengembalikan mood-ku atau setidaknya aku bisa merasa lebh baikkan.

***

Seperti biasa suasana malam hari disini sangat ramai. Mungkin karena ini baru pukul 8:30 PM. Aku dan Wooyoung berputar-putar dengan sepeda kami. Udara semakin dingin karena kami bersepeda. Waktu SMA aku sering melakukannya dengan Hyemi. Hyemi itu adalah cinta pertamaku, sekaligus pacar pertamaku. Semua hal-hal baru yang aku lakukan dalam hidupku pasti bersama Hyemi. Tapi Hyemi menikah bersama orang lain empat tahun lalu. Dia bahkan sudah mempunyai anak, anaknya juga cantik sama seperti dirinya. Dia juga mendapatkan suami yang baik—yang menyayanginya.

Pada saat itu Hyemi mengajakku untuk kawin lari. Sadar aku tak punya apa-apa untuk menghidupinya aku menolak ajakan itu. Sampai akhirnya aku lolos audisi di salah satu manajemen artis, namun itu malah membuat pernikahan kami semakin jauh. Karena sebuah kontrak pekerjaan. Ibu Hyemi terus mendesaknya dengan calon yang ia setujui. Lalu aku bisa apa? Aku bahkan tak bisa menjanjikan kapan akan menikahinya. Saat itu egoku masih sangat tinggi. Aku memintanya bekerja dengan perusahan tempat aku bekerja. Sehingga kami masih sering bertemu. Tak satupun orang tahu mengenai hal itu, crew, manajer, bahkan Wooyoung sekalipun. Kami menyimpan semua dengan rapi.
Waktu itu aku pernah melihat Haru tak mau mencium Hyemi saat Junho mengantarnya ke kantor. Junho menyuruh Haru mencium Ibunya namun Haru malah melempar Hyemi dengan boneka yang dipegangnya. “Eomma shireoyo.. eomma na sarangi aniyeyo. Shireoyo.” Begitulah yang aku dengar dari mulut anak kecil itu. Kenapa dia bisa berkata membeci ibunya, Ibunya tak mencintainya. Sejak itu aku sadar, kebersamaan ku dengan Hyemilah yang melukai hatinya. Hyemi banyak menghabiskan waktu untukku daripada Haru. Aku tak perduli jika melukai hati Junho. Tapi Haru, anak itu masih berusia empat tahun. Kalau diusia segitu saja dia sudah bisa membenci Ibunya, bagaimana jika dia besar nanti—aku tak berani membayangkannya.

Makanya aku memutuskan mengakhiri hubungan kami seminggu yang lalu. Aku tak tahu apa yang Hyemi rasakan. Perpisahan kami begitu mengejutkan, sejujurnya aku tak mencintai Jihyun. Hanya agar Hyemi bisa mudah melepaskanku aku berkata demikian. Sudah satu minggu dia tak menghubungiku. Aku harap dia baik-baik saja.

“Yak… Taecyeonah!!!”
“iye..” Aku tersentak.
“Melamun? Apa yang kau pikirkan?” Wooyoung melemparkan coke saat kami menepi di pinggir box minuman kaleng.
“Ani..”
“Heishh.. Aku sudah bilang aktingmu itu buruk.. aku heran kenapa kau bisa jadi aktor. Paling juga karena postur tubuhmu saja. Cepat katakan ada apa?”
“Hmm.. kenapa kau tak pernah mau meminta solusi padaku mengenai Dongmi?”
“Yak.. aku bertanya malah di jawab dengan pertanyaan lagi. Aku sudah bilang, kau saja tak beres dengan cinta pertamamu. Mau menasehati orang—apa masuk akal huh?”
“Maja.. kau masih ingat berarti.” Aku meneguk coke yang ada ditanganku sebelum lanjut bicara. “Kenpa aku tak memberi solusi? Karena aku juga tak bisa meninggalkannya. Dan baru seminggu yang lalu aku mengakhiri semua ini.” Aku mengeluarkan ponsel dari kantongku. Aku membuka gallery untuk memberitahu pada Wooyoung sosok yang aku sembunyikan darinya. “Igeo.. Hyemiyeyo.”
“Uwaa.. yeppeotta.”
“Geutji.” Wooyoung mengambil ponselku dan melihat gambar-gambar disana.
“Jankan..” Ucapnya menggagetkan. “Taecyeonah.. geu namjareul nuguseyo?” Wooyoung menunjukan poto Hyemi bersama Haru dan Junho.
“Ah.. maaf selama ini menyembunyikan nya darimu karena aku malu. Aku ini pria buruk. Geu namjagaga Hyemi nampyeon-yeyo.”
“Jinjjaru..!!! lalu ini anaknya?”
“Ne majjayo. Aku tetap berhubungan walau dia sudah menikah. Aku tak heran jika kau begitu terkejut. Posisiku sebagai aktor yang tak bisa menikah saat itu, membuat dia akhirnya menikah dengan orang lain.”
“Ani.. geuge aniya.. Bukan itu masalahnya. Igeo Jinjja?? Na Junho hyung arayo.” Aku memandang Wooyoung sesaat. “Na arayeo jinjja. Dia pacar Youngsun!” Aku kaget tak bisa berkata-kata. Meski tak begitu mengenal Youngsun, aku tahu karena pernah bertemu. Dia teman satu kampus Wooyoung dan Dongmi.
“Seolma.. Apa kau yakin?”
“Yakin sekali. Ah.. jinjja maldo andwae.”
“Setahuku Junho pria yang baik, bagaimana dia bisa selingkuh?” Wooyoung hanya menggeleng. “Bawa aku menemui Youngsun besok. Setidaknya aku harus tahu, apa Hyemi mengetahuinya atau tidak.”
“Sayangnya Youngsun mengalami amnesia beberapa minggu lalu dia kecelakaan. Sekarang masih dirawat. Tapi besok kalau kau mau akan aku antarkan.”

***

Malam itu setelah kembali pulang aku terus berspekulasi. Apa sebenarnya yang terjadi dengan rumah tangga mereka. Apa Hyemi tahu? Tapi dia tak pernah cerita. Atau mungkin dia memang tidak tahu kelihatannya dia baik-baik saja. Bodoh, dia memang tidak perduli pada Junho makanya dia baik-baik saja. Aghh kepalaku pusing memikirkannya. Aku besok harus mencari tahunya.
Kebetulan siang itu aku sedang tak ada jadwal jadi aku bisa kerumah sakit melihat Youngsun. Tapi melihat kondisinya saat itu sulit sekali berkomunikasi dengannya. Aneh dia tak mengingat Junho tapi bisa mengingat temannya yang lain. Mungkin kenangan Junho yang membuat otaknya rusak.

“Ja, Taecyeon-ssi” Dongmi memberiku kopi. Kamipun duduk di bangku tunggu rumah sakit.
“Apa Wooyoung sudah cerita?” Hyemi mengganguk tenang. “Hmmm.. lalu kenapa Youngsun mau dengan suami orang?”
“Mworagu..? Lalu kenapa kau mau dengan Isteri orang?” Aku terkejut Dongmi yang biasanya bersikap manis—kini seperti mengintimidasiku.
“Tunggu, aku memang bertemu Hyemi jauh sebelum dia menikah. Tapi saat itu aku tak bisa menikahinya. Lagipula ibunya tak suka denganku.”
“Areo.” Dongmi menjawab cepat. “Hyemi tak pernah mencintai Junho, dia bahkan memprioritaskanmu diatas segalanya kan. Aku tahu semuanya.”
“Kau… apa Junho bercerita semuanya?”
“Iya, pada Youngsun. Alasan kenapa mereka berhubungan. Junho butuh seseorang untuk berbagi, sedang Youngsun saat itu terlanjur jatuh cinta dengannya. Kalian benar-benar rumit. Kau ini.. dibalik senyumanmu di depan camera ternyata kau pria yang buruk. Biar bagaimanapun kau tak bisa menjadikan Junho sebagai ayah Haru. Youngsun malah mau mengadopsi anak itu kau tahu!”
“Tunggu.. apa yang kau bicarakan, Junho memang ayahnya Haru kenapa kau bilang..”
“OMO.. Taecyeon neo jinjja mollasseo? Jeongmalyo?”
“Mwondae??” Aku bingung dengan semua yang dibicarakan Dongmi.
“Taecyeon coba kau pikir, Usia Haru empat tahun. Usia pernikahan Hyemi empat tahun. Apa kau pikir hari pertama menikah Hyemi langsung mengandung huh? Apa kau pikir anak sekuat Haru itu lahir premature? Jadi kau ini benar-benar tak tahu kalau Haru itu anakmu? Waahh hebat sekali Hyemi menutupinya darimu.”
Tunggu, aku sedang mencoba mencerna ucapan Dongmi. Haru anakku.. Lee Haru adalah darah dagingku dan Hyemi. Iya, Hyemi tak pernah menjalin hubungan selain denganku sebelum dengan Junho. Iya Lee Haru memang anakku. Ppaboya.. aku memaki dalam hati tanpa berkata. Hatiku menangis penuh penyesalan.
“Taecyeon-ssi.. Gwaenchanayo?” Dongmi mengoyangkan pundakku. “Taecyeon-ssi.. sebaiknya kau temui Hyemi. Kemarin aku dengar Junho oppa melayangkan gugatan untuk menceraikannya.”
Belum selesai aku menerima serangan granat, Dongmi kembali menyerangku dengan meriam. Kabar ini terlalu bertubu-ubi untuk aku cerna. Dengan cepat aku lari meninggalkan Dongmi menuju mobil.
“Yak..yak..yak.. eodiga? Taecyeonah..” Aku mendengar Wooyoung yang habis dari kantin berteriak memanggilku. Tapi aku tetap mengabaikannya.
Aku menuju kediaman Hyemi di area Cheongdamdong. Ku tancap gas sekuat mungkin. Sesekali aku teringat akan kenanganku dengan Haru. Hyemi kadang membawanya bekerja, dan memintaku bermain dengannya. Tak sadar aku begitu menyukai gadis itu. Karena ikatan darah yang kami punya. Aku benar-benar bodoh tak menyadari semuanya.
Sampai di depan rumah Hyemi aku segera menekan bell pagar mereka namun tak mendapat respon. Mungkin aku terlalu mencurugakan bagi satpam sekitar sehingga aku bertanya pada mereka kemana perginya orang rumah ini.
“Tiga hari lalu tuan Lee dan isterinya sudah tak menempati rumah ini. Seharusnya penghuni baru yang membeli rumah ini harusnya sudah datang. Mungkin besok baru akan tiba.” Jadi rumah ini sudah dijual? Lalu kemana mereka pindah? Aku tak bisa menghubungi Hyemi karena ponselnya tidak aktif. Aku putuskan kembali ke rumah sakit siapa tahu Dongmi bisa memberitahu kontak Junho. Pucuk di cinta aku bertemu Junho disana yang bermaksud menemui Youngsun.
“Yak.. neo!” Aku mencengkram kerah bajunya bermaksud melayangkan tinjuku. “Hyemi eodiga?”
“Apa yang kau lakukan.” Junho menepis tanganku. Aku sontak mendaratkanpukulan ke wajahnya. Namun Dongmi dan Wooyoung melerai kami yang mulai jadi pusat perhatian orang.
“Taecyeon, ada apa denagnmu? Tempat umum! Kau mau semua orang memandangmu apa huh?” Dongmi berteriak sambil membatu Junho berdiri. Aku sudah kehabisan kesabaran.
“Kau.. beraninya kau menceraikan Hyemi. Napeun..”
“Hagh, Kau tahu apa rasanya hidup selama empa tahun tanpa dicintai huh? Napeun? Apa kau merasa baik-baik saja meninggalkan anakmu.”
“Makanya aku tanyakan padamu dima Hyemi dan Haru sekarang??” Aku hendak memukulnya lagi tapi Wooyoung masih memegangiku.
“Kami sudah resmi bercerai, jika kau tanyakan dimana mereka, aku juga tak tahu. Jja” Junho mengeluarkan secarik memo dan memberikan nya padaku. Memo itu berisi tulisan Hyemi. Hatiku hancur membaca tulisan itu. Ini semua karena aku. Aku yang menyebabkan semua kekacauan ini. Aku berteriak dan menangis sejadi-jadinya di tempat yang penuh dengan orang itu.

***

Tiga bulan aku tak juga menemukan Hyemi. Semua berjalan apa adanya. Sampai detik ini aku juga tak meresmikan hubunganku dengan Ji hyun. Aku tak mencintainya. Aku tak mau melakukan kesalahan yang sama lagi. Aku masih belum menyerah mencari mereka. Cinta yang begitu indah, bila kita salah melangkah akan menjadi hal yang membunuk kita.
Yang aku tahu tak satupun dari kami bisa bersama. Junho dan Youngsun—aku dan Hyemi.
“Taecyeon-ssi kau sudah siap cepat keluar.” Manajerku memanggilku untuk presscon premier film terbaru ku. Lagi-lagi aku menjadi orang munafik yang tersenyum dibalik kilau kamera.
“Taecyeon, ini pertamakalinya kau berperan sebagai ayah. Bagaimana menurutmu?” Wartawan itu bertanya padaku.
“Menyenangkan.. menjadi seorang ayah. Karena kenyaaanya aku juga seorang ayah.” Wahh aku mendengar semua wartawan mulai berisik.
“Apa maksudnya kau seorang ayah” seorang bertanya padaku. Lampu kamera semakin banyak menyorotku.
“Sebelum aku menjadi aktor aku sudah mempunyai anak. Namanya Lee Haru. Tapi aku berpisah dengannya sekarang.”
“Ah.. maaf ini tidak benar..” manajerku berdiri mengambil suara. Namun aku kembali berucap tak memperdulikannya.
“Perhatikan aku akan mengirim pesan video untuknya.” Saat itulah semua benar-benar menyorotiku.
“Haru ya.. Lee Haru. Ini ayah.. apa kabarmu? Baik-baik saja kan? Ayah tak bisa menjagamu dan ibu, ayah minta maaf. Semangatlah nak. Jangan pernah lupakan ayah. saranghae.” Aku sadar apa yang aku lakukan baru saja akan menjadi berita utama besok dikoran. Tapi tak harus menunggu besok.

***

“Apa-apan kau?” Manajerku membanting ponselnya kehadapan ku. Ternyata hanya dalam hitungan detik namaku sudah menjadi pencarian utama di internet. “Sesuai kontrak kau harus bayar penalty nya. Gara-gara kebodohanmu harga saham menurun.
“Baik besok akan akau siapkan uangnya.” Jawabku enteng. Aku tak mau memikirkan karir ku lagi. Saat ini aku hanya ingin bertemu Haru sebagai ayahnya. Bukan paman yang ia kenal sebagai teman ibunya.
Keesokan paginya aku sama sekali tak membuka TV aau membaca tabloid. Aku tahu semua orang ramai membicarakanku. Tapi saat bertemu dengan manajemen kantor, diluar dugaan bukan bayar ganti rugi malah tawaran film dan iklan berdatangan.
“yah.. Taecyeonssi. Apa ini strategimu? Bagus juga kau memang berbakat acting.”
“Maaf manajer, ini sama sekali bukan bagian dari strategi. Aku hanya berkata jujur. Jika kau mau aku berhenti, hari ini juga aku akan tanda tangan.”
“Yah kenapa buru-buru sekali.. duduklah kita akan perbarui kontraknya.” Dasar manusia penggila uang. Manejemen memutuskan tetap memakai ku. Karena setelah kejadian itu aku banyak meraih simpati masyarakat. Banyak brand-brand yang meminta aku menjadi ambassador mereka.  Bukan karena uang aku tetap bertahan. Karena aku merasa hanya dengan keberadaanku di TV—Haru dan Hyemi bisa melihatku. Aku disini untuk mereka.

Sudah satu tahun berlalu. Karirku semakin baik, juga hubunganku dengan Junho menjadi baik. Dia bahkan mengundangku di acara pernikahanya. Tapi bukan bersama Youngsun kekasihnya dulu—yang  kini sudah bertolak ke luar negeri. Kabarnya buku yang ia tulis mengenai hidupnya menarik perhatian sineas Hollywood untuk di filmkan. Hanya yang sampai sekarang aku tak tahu kabar Hyemi dan Haru. Hari ini ulang tahunku yang ke 27. Aku melihat banyak sekali ucapan yang masuk dari para penggemar. Tapi ada sebuah email dengan nama pengirim Hyemi. Ada banyak sekali pengirim bernama Hyemi, hanya saja ini bukan sebuah ucapan tapi Video. Dengan harap-harap cemas aku memutar video tersebut.

“Appa annyeong…” Aku melihat Haru disana. “Appa saengil cukkahe.” Iya benar gadis dalam video itu Haru anakku. Dia menyanyikan lagu ulang tahun dalam bahasa inggris. Aku terkejut bukan main, hal yang tak pernah aku bayangkan sama sekali. Haru terlihat sehat dan lucu. Ia tumbuh dengan baik.
 Annyeong.. Jangan khawatir soal Haru. Dia tahu kalau kau adalah ayahnya. Dia sekarang mau masuk playgroup. Aku senang sekali melihat Haru dan Hyemi disana. Setahun lalu aku pindah ke London, hmm dan aku juga sudah menikah. Saat mendengar itu aku merasa hancur. Sepertinya aku tak punya kesempatan lagi. “Tapi jangan khawatir dia hanya suamiku bukan ayah Haru. Sampai kapanpun posisi itu tak akan pernah tergantikan. Kami melihat pesan videomu satu tahun lalu. Tapi aku baru berani mengirim ini sekarang. Karena Youngsun yang menyuruhku melakukannya.” Aku melihat camera mengarah ke Youngsun. Youngsun member senyum pada camera. Wah Youngsun ada disana? Apa mereka bertemu?. “Kami bekerja di tempat yang sama buku Youngsun akan di filmkan, dan aku yang menjadi editornya. Dia juga sudah cerita mengenai keadaan di Korea. Aku senang Junho sudah bahagia bersama orang lain. Dan aku harap kau juga bisa menyusul karena aku disini sudah sangat bahagia. Haru juga dia senang sekali bertemu Youngsun. Mereka sudah akrab sejak lama ternyata.” 

Senang sekali rasanya melihat mereka saat ini. Terakhir di video Haru bernyanyi untukku. Lagu yang selalu saja dinantikan para ayah untuk didengarkan dalam suara anak-anaknya. Lagu yang selalu member semangat dihari-hari yang mungkin melelahkan.

Appa himneseyo… appa ichanayo

-END-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa jika kucing hilang

Hi.. Kali ini dengan penunuh semangat bercerita.Ngga kayak kemaren yang menderu penuh air mata. Aku mau sharing tentang pengalaman spiritual ku dengan sang pencipta nih.  Dua hari yang lalu aku cerita kalo Brondie kucing ku hilang, oopss dibuang tepatnya. Soalnya dia kena scabies. Karena binggung terus orang rumah juga udah ada yang ketuleran jadinya mama bilang buang aja. Untuk mencegah dia gak balik lagi aku buang dia jauh menyebrangi sungai (BKT). Jaraknya dari rumah aku itu kira-kira 2KM lah. Waktu itu juga abis subuh jadi masih gelap. Pas dibuang kita pulang ke arah Barat, dan sempet liat Brondie muter ke Timur, jadi kita saling lawan arah. Sampe di rumah ada perasaan nyesel banget. Kepikiran dia yang manja banget itu harus berada di luaran dengan penyakit gatel-gatel itu. Gak kebayang tar mukanya luka-luka dimana-mana. Alhasil aku cuma bisa nangis sejadi-jadinya. Seharian udah lebih dari ditinggal mati suami aja LOL.  Mama sama abang kesian jadi beliin gantinya yan

Don't Remove Your Past

Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish.  Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis

Doa Untuk Yang Sedang Terlilit Hutang

Assalamualaikum readers semua.. Kalau sudah sampai pada postingan ini artinya temen-temen semua lagi ada dalam masalah hutang piutang pastinya. Gak apa temen-temen sekalian, tidak usah malu jika punya hutang. Malu lah jika tidak bisa membayar hutang. Karena dalam islam, perkara hutang ini bukan perkara kecil. Pada saat manusia telah meninggal, hutang adalah perkara pertama yang di munculkan. "Jika ada hutang-piutang silahkan hubungi keluarga ybs" kalimat itu kerap kita dengar saat yang punya hutang telah meninggal.Itu sebab hutang bukan lah perkara ringan. Saya mau berbagi pengalaman mengenai hutang semoga bisa menjadi manfaat bagi teman semua. Dahulu sekitar April 2016 saya pernah terlilit hutang (kreditan) dalam kasus ini, saya adalah pihak yang didzalimi. Seseorang (Si Pulan) telah berhutang atas nama saya pada perusahaan leassing. Pada saat itu saya hanya bisa berpositif saja dan 100% sungguh sungguh niat hanya ingin membantu si pulan. Bulan pertama, bulan kedua