Masa Lalu itu untuk di kenang bukan di binasakan. Sekalipun itu memalukan, menyesatkan karna seburuk-buruknya masa lalu, kita gak bisa pungkiri mereka adalah bagian sejarah dalam hidup kita. Bahwa kita pernah mengalami jatuh bangun, sejarah mencatat semuanya dan membungkus dalam kotak bernama memori. Tempatkan mereka di hati sebagai reminder kita dalam melangkah kedepan. Yang baik jadikanlah kenangan indah, yang buruk jadikanlah pelajaran berharga. Seorang teman bicara, "Del, gue mampir ke blog lo dan tanpa sengaja keasikan baca yang lama-lama. Kenapa gak dihapus aja?. Lo gak takut kalau kebaca temen-temen baru?" Hmmmm masa lalu kan bukan tato yang ketika berhijrah kita harus hapus itu tato. Lagian selama kenangan-kenangan pahit bukan lah aib, selama itu juga aku tidak merasa terganggu bila di publish. Perihal teman baru, biarlah...... Aku tidak perduli dengan penilaian orang. Karena aku hidup bukan sekedar untuk membuat orang lain terkesan. Dengan membagi kis
[Taecyeon] Tingtong.. “Siapa sih menggangu saja malam-malam begini.” Aku melihat Wooyoung lewat intercom. “Aish anak itu datang juga akhirnya.” “Yak.. Neo jeongmalo.. kenapa pesanku gak pernah dibalas huh? Telpon juga selalu manajer mu yang menjawab. Sibuk apa sih belakangan ini? Aaaa berkencan dengan akris itu ya… hmm lumayan lah. Tapi dia sediki kurus menurutku.” “Mwoya ige neoya.. Datang-datang langsung bicara tanpa henti.” “Hehehe Jalan yuk..” “Mworagu?? Jalan? Kemana?” “Han-gang.” “Berdua denganmu? Ke sungai Han? Dimalam minggu? Michesseo!” “Kalu Dongmi tak sibuk, aku juga tak mengajakmu. Kita jogging kalau tidak bersepeda saja. Aku pernah melihat Lee Minho bersepeda, hmm Suzy juga. Mereka memakai topi dan masker, tidak akan terlihat. Tenang saja, sungai Han kan cukup populer dikalangan selebriti.” “Hemm malas, memangnya Dongmi sibuk apa?” “Ayolah… Dongmi merawat Youngsun. Ppalie..” Wooyoung tetap memaksaku berganti pakaian. Wooyoung tak tahu kalau aku s